interviu Music&Riots Magazine (Issue 23 - The Innovators Issue) bersama Greg Gonzalez—dipublikasikan pada 30 Oktober 2017—dialihbahasakan oleh Mochammad Aldy Maulana Adha
Bayangkan sebuah film romantis-melankolis berwarna hitam & putih—seperti itulah Cigarettes After Sex terdengar. Sang vokalis, Greg Gonzalez, memulai band ini pada tahun 2008, tetapi baru pada tahun 2015—melalui single “Affection”—mereka sukses meledak. CAS baru saja mengeluarkan album self-titled yang mengesankan & kami memiliki kesempatan untuk berbincang-bincang dengan Gonzalez.
Penginterviu: Anda merintis Cigarettes After Sex pada tahun 2008. Beri tahu kami apa yang membuat Anda memulai proyek ini.
Gonzalez: Aku memulainya pada tahun 2008 & itu dimulai sebagai proyek solo yang kubuat berdasarkan kompilasi beberapa lagu. Sejak saat itu “suara-solo” tersebut berevolusi-berkembang pesat & menjadi sebuah band sekitar tahun 2015.
Penginterviu: Anda mempelajari musik di University of Texas, El Paso, tetapi kemudian Anda pindah ke Brooklyn & mulai bekerja sebagai musisi & mengelola bioskop (Teater Beekman di Upper East Side Manhattan). Musik Anda memiliki pendekatan sinematik, film apa/mana yang berdampak pada Anda saat menulis lagu?
Gonzalez: Kurasa, hal fundamental yang aku sering pikirkan untuk suara Cigarettes After Sex adalah film La double vie de Véronique/The Double Life of Veronique (1991) yang disutradarai Kieślowski & juga L'Avventura (1960) karya Antonioni. Kupikir, kedua film tersebut memiliki semacam keindahan misterius; keduanya sangat sensual, visualnya begitu mengagumkan, & musiknya amat cantik. Mengandung & memberikan semacam perasaan eksotik juga. Aku benar-benar menyukainya. Aku pikir mereka meringkas perasaan Cigarettes After Sex untukku. Kedua film itu adalah film yang murung & romantis.
Penginterviu: Adakah referensi musik lain yang penting dalam proses produksi musik Anda?
Gonzalez: Kupikir yang utama adalah musik Françoise Hardy hanya karena musiknya terdengar begitu murni & indah … Dia adalah penyanyi favoritku, lagu-lagu seperti “All Over The World” & “Voilà” sangat mengesankan. Tapi juga band-band seperti The Paris Sisters & semacam grup gadis lembut awal tahun 60-an, Julee Cruise & hal-hal yang dia lakukan untuk Twin Peaks. Cocteau Twins juga berpengaruh besar.
Penginterviu: Beri tahu kami tentang lineup band saat ini & bagaimana mereka bergabung dengan Anda.
Gonzalez: Aku bertemu keyboardis, Phillip Tubbs, di El Paso, dia sebenarnya dari kampung halamanku juga & dia bermain gitar untuk waktu yang lama. Dia gitaris di EP pertama. Setelahnya para anggota lain mulai masuk. Aku kembali memegang gitar & dia menjadi keyboardis, lalu aku bertemu drummer, Jacob Tomsky, & bassis, Randy Miller. Aku melihat mereka bermain di band lokal & kupikir mereka hebat & mereka memang begitu menakjubkan. Aku benar-benar meminta mereka untuk bergabung. Mereka sudah menjadi penggemar CAS sebelum mereka masuk, jadi itu hal yang keren juga. Begitu mereka bergabung, semuanya berada pada tempatnya. Kupikir setiap orang menjadi sempurna dalam masing-masing peran. Setiap orang memiliki tempat penting mereka sendiri dalam band.
Penginterviu: Meskipun Cigarettes After Sex dibentuk pada tahun 2008, hanya pada tahun 2015 ada kesuksesan impresif secara online dengan lagu “Affection” & mengarah pada penemuan kembali EP debut Anda, I, yang dirilis pada tahun 2012. Bagaimana Anda merefleksikan kembali hal itu?
Gonzalez: Itu aneh. Rasanya itu seperti datang dalam waktu yang lama. Aku seperti merasakan di dalam hatiku tahu bahwa sesuatu akan terjadi suatu hari nanti. Aku tahu bahwa musik yang kubuat memiliki kualitas dalam beberapa hal & kupikir itu benar, tetapi aku tidak benar-benar melihat hasilnya. Aku hanya melihat beberapa orang yang akan mengatakan bahwa mereka menyukainya, tetapi tidak pernah seperti sekarang, di mana ada banyak penggemar yang menyukainya. Aku hanya merasa akan terjadi sesuatu suatu hari nanti & itu terjadi dengan cara yang sangat aneh—YouTube adalah sesuatu yang tidak kuduga, sebab CAS menjadi viral. Aku benar-benar berpikir bahwa mungkin kami akan menandatangani kontrak dengan sebuah label, merilis rekaman & mendapatkan ulasan yang bagus & kemudian semuanya lepas landas, tetapi yang terjadi adalah kebalikannya, di mana kami melewatkan semua itu & orang-orang menyukai musik kami karena mereka mendengarnya entah bagaimana, dengan cara yang paling acak. Tapi menurutku itu luar biasa. Itu benar-benar lebih baik, sebab orang memilih untuk mendengarkan musiknya sendiri, mereka tidak harus mendengarnya dari orang lain yang mengatakan “Kamu harus mendengarkan ini”. Mereka memutuskan untuk memilih itu karena alasan tertentu—berdasarkan sampul album—atau nama—atau apa pun. Sungguh hal yang keren bagaimana musik berubah & bagaimana hal-hal semacam ini terjadi sekarang.
Penginterviu: Salah satu yang estetik dari CAS adalah karya seni hitam-putih Anda yang minimalis namun mampu menarik perhatian. Apa yang menarik Anda untuk memilih citra itu?
Gonzalez: Aku menyukai film hitam-putih saat aku tumbuh dewasa & melihat seberapa dalam fotografi menjadi benar-benar indah seperti Citizen Kane (1941), hanya film hitam-putih yang indah ini yang kutonton. Aku pikir ada sesuatu yang kuat untuk itu & begitu kami membuat EP & musiknya selesai digarap, aku mencari sampul album & aku melihat karya Man Ray, & ketika aku menggabungkan musik dengan sampul albumnya, keduanya terasa sangat sempurna. Keduanya seperti saling melengkapi. Hal semacam itu muncul & begitu aku melihatnya, aku berpikir, “Inilah yang harus kita lakukan”. Aku tidak bisa benar-benar melihatnya dengan cara lain. Aku benar-benar berpikir bahwa sejujurnya, hitam & putih hanya terlihat lebih romantis. Ada sesuatu tentang itu yang lebih dreamlike (terasa seperti mimpi), jadi aku memutuskan untuk tetap dengan itu & kupikir ada sesuatu yang kuat tentang itu.
Penginterviu: Anda baru saja merilis full-length pertama Anda & ini adalah upaya yang mendalam, intim, & melankolis-romantis. Ini luar biasa. Ceritakan sedikit tentang bagaimana pendekatan penulisan untuk itu.
Gonzalez: Sesuatu yang aneh terkait ini adalah ditulis selama 5 tahun, karena ada lagu-lagu yang kupunya di El Paso yang kami coba rekam sebagai sebuah band, tetapi tidak berjalan baik. Lantas kami melakukannya lagi setahun setelahnya & akhirnya kami menemukan versi yang tepat, seperti lagu “Flash” yang merupakan lagu lama. & kemudian ada hal-hal yang benar-benar baru. “K” adalah lagu yang lebih baru, itu ditulis tepat sebelum kami masuk ke rekaman. Lagu seperti “Truly” juga lebih baru. Hal tentang itu adalah aneh bahwa itu mencakup periode 5 tahun hidupku secara otobiografi & itu adalah periode waktu yang panjang & semuanya ditulis dalam waktu yang sangat berbeda. Beberapa lagu ditulis di El Paso, beberapa ditulis di Brooklyn & beberapa ditulis tahun lalu ketika aku sedang tur seperti di Paris atau Praha. Aku suka itu sedikit acak. [tertawa]
“Aku hanya mencoba untuk hidup semaksimal mungkin, setiap hari. & jika aku romantis dengan seseorang, aku suka jika keromantisanku itu menjadi sesuatu yang patut dikenang.”—Greg Gonzalez, Vokalis Cigarettes After Sex
Penginterviu: EP I Anda direkam di tangga empat lantai di kampus Anda, University of Texas di El Paso. Saya membaca lagu “Each Time You Fall in Love” direkam di tangga juga. Bagaimana rasanya merekam album debut Anda?
Gonzalez: Masalahnya adalah bahwa aku menyukai ide untuk melakukan rekaman di lokasi yang aneh & tangga adalah yang pertama & kemudian kami masuk & hanya melakukan semacam latihan normal di ruangan itu untuk “Affection” di EP. Aku memiliki akses ke tangga yang ada di bioskop yang sedang kukerjakan saat itu & aku hanya berpikir, “Ayo masuk ke sana untuk mencoba beberapa lagu & lihat bagaimana suaranya” & untungnya “Each Time You Fall In Love” dimainkan dengan baik & kami pikir kami harus menggunakannya. Itu sangat mirip jika aku menemukan lokasi yang bagus, kami hanya akan mencoba beberapa lagu. Hanya menggunakan lokasi sebagai semacam karakteristik gaya rekaman.
Penginterviu: Apakah ada lagu lain dari album yang direkam di lokasi berbeda selain studio?
Gonzalez: Tidak, hanya yang itu. “Each Time You Fall In Love” direkam di tangga & sisanya dilakukan selama 3 hari di Brooklyn di ruang latihan, sama seperti kami merekam “Affection”. Kupikir “Affection” direkam dengan sangat baik sehingga pada dasarnya seperti template untuk album. Aku berpikir, “Lagu ini terdengar hebat, jadi mari kita coba melakukan seluruh rekaman di sana,” itulah sebabnya kami kembali karena masuk akal untuk melakukannya di sana.
Penginterviu: Anda sangat personal & mendalam dengan lirik lagu Anda. Selalu ada getaran romantis & nostalgia untuk itu. Bagaimana biasanya Anda memulai proses penulisan lirik?
Gonzalez: Bagiku, aku hanya mencoba untuk hidup semaksimal mungkin, setiap hari. & jika aku romantis dengan seseorang, aku suka jika keromantisanku itu menjadi sesuatu yang patut dikenang. [tertawa]. Aku hanya memiliki itu & bagaimana hidupku berjalan & ketika aku duduk & menggambar apa pun yang terjadi padaku, semuanya sedikit banyak memengaruhiku. Aku hanya perlu menggali kembali sebagian besar kenangan & memikirkan hal-hal menyenangkan saat aku bersama seseorang & membayangkan bahwa sekarang hal itu telah hilang. Aku pikir kesedihan itu berasal dari kenyataan bahwa kau memiliki ingatan yang baik & indah di masa lalu, tetapi ada semacam kesedihan tentangnya karena masa-masa indah itu sekarang telah pergi, terasa jauh bahkan jika kau punya ingatan yang baik. Ada banyak lagu yang sebenarnya adalah lagu yang sangat manis jika kau memikirkannya, tetapi lagu-lagu itu masih terlihat sedih karena kenangan di dalamnya dari masa lalu & kebahagiaannya hilang & kau hanya berada di masa sekarang. Aku pikir itulah yang membuat musik sedih. Tidak selalu sedih—terkadang sedih, terkadang tidak—tapi lagu-lagu itu tetaplah lagu yang sangat manis.
Penginterviu: Lagu pembuka, “K”, adalah lagu yang sangat memesona & menarik. Bisakah Anda ceritakan tentang latar belakang lagu tersebut?
Gonzalez: Aku sedang melihat perempuan ini. Aku di New York & dia di El Paso. Kami baru saja melakukan sesuatu yang sangat intens & itu adalah hubungan jarak jauh. Aku menulis lagu “Affection” tentang dia karena … Jika kau mendengarkan bait kedua dari “Affection”, lagu tersebut mengatakan “We love to talk about how you’ll come up to visit me/& we’ll rent a car & we’ll drive upstate”, jadi itu adalah lagu untuknya sebelum dia berkunjung. & kemudian “K” sebenarnya adalah saat dia datang berkunjung. Pada dasarnya, seperti semacam sekuel dari “Affection”. “K” menceritakan ketika dia datang ke New York & kami menjalani minggu yang menyenangkan bersama, tetapi ketika itu berakhir, kami bertemu untuk melihat satu sama lain saling meninggalkan & itu sedikit menyakitkan. “K” adalah akhir.
Penginterviu: Apakah sulit bagi Anda untuk mengungkapkan perasaan itu & memainkannya di lagu Anda berulang kali? Bagaimana perasaan Anda tentang itu?
Gonzalez: Aku merasa beruntung bahwa lagu-laguku ditulis berdasarkan kenyataan & kupikir itu selalu membuatku emosional ketika aku berada di atas panggung. Jika kami memainkan lagu seperti “Nothing’s Gonna Hurt You Baby” atau “K”, yang harus kulakukan hanyalah memejamkan mata & aku dapat melihat ingatan itu. Aku bisa kembali bersama dengan perempuan itu, aku bisa kembali menari di ruang tamu dengan pacarku … Banyak penonton juga membuatku emosional karena aku dapat melihat bahwa musik kami bermakna bagi mereka hanya dengan melihat wajah mereka. Aku senang bahwa aku tidak harus berusaha terlalu keras, adalah wajar & natural jika memiliki perasaan dalam seperti ini & itu tidak memudar.
Penginterviu: Secara keseluruhan, album debut Anda terasa seperti soundtrack film retro-romantis, yang mencengkram Anda sepanjang waktu. Jika Cigarettes After Sex adalah soundtrack film, film apakah itu?
Gonzalez: Ini sulit. Aku banyak mengubah jawabanku, tetapi kupikir itu harus menjadi soundtrack dari film favoritku, yaitu The Red Shoes (1948) besutan Michael Powell & Emeric Pressburger, hanya karena film itu tentang romansa yang intens & film yang mewah. Aku akan sangat tersanjung entah bagaimana musik dalam film itu memiliki intensitas yang sama. Aku mungkin akan mengubah jawabanku setiap hari. [tertawa]
*****