Friday, 28 October 2022

Surat untuk Genrifinaldy


Kepada Genrifinaldy yang Api ...

Bogor, 28 Oktober 2022

“where did we come from?
why are we here?
where do we go when we die?
what lies beyond
& what lay before?
is anything certain in life?

they say, life is too short
the here & the now
& you're only given one shot
but could there be more
have i lived before
or could this be all that we've got?
...”

halo genrifinaldy. ini aku, bocah kecil dalam dirimu ... yang selalu coba kau bunuh di kepalamu yang katanya ensiklopedis, rasional, & kritis itu. bagaimana rasanya krisis eksistensial? maaf, maksudku bagaimana rasanya menjadi dewasa? sakit kepala? sakit pinggang? sakit punggung? sakit jiwa? bolehkah aku mengucap selamat malam agar kau lekas tidur & bermimpi indah? atau bolehkah aku bertanya sesuatu yang lebih penting & mendasar: apakah kau berbahagia? 

sebentar, wajahmu muram sekali, seperti The Sorrows of Young Werther karya Goethe yang sebabkan bunuh diri massal di mana-mana, seperti Gloomy Sunday yang diputar di minggu pagi yang mendung & murung, hei ... ini hari jumat & kau memasang wajahmu seperti seekor burung yang secara sadar mematahkan sayapnya sendiri. kau ingin bercerita? sepertinya kau lelah & butuh telinga. 

apa? kau ingin mati? tidak, jangan ... tolong buang jauh-jauh pikiran-pikiran buruk itu. begini, aku sudah berkali-kali peringatkanmu agar jangan membaca buku-buku sialan itu. meskipun aku tak kenal siapa Cervantes, tetapi kukira kau serupa dengan Don Quixote yang jadi gila karena terlalu banyak membaca buku. bila perlu kubakar saja rak bukumu yang tak seberapa itu dengan semangat Nero membakar kota Roma—atau gairah Julius membakar perpustakaan Alexandria. 

sudah kukatakan bahwa tak setiap tanya memiliki jawaban. lagipula tak setiap tanya harus ada jawaban. tapi egomu selalu menuntut jawaban agar lebih tahu & bisa lebih unggul dari orang lain yang tak tahu & tak membaca buku. hei, kau kan tahu kepalamu hampir pecah ketika menghafal istilah teknis Heidegger yang jauh lebih “tebal” dari filsafatnya. jangan dulu menulis, kau terlampau produktif minggu ini. dua hari lalu, hari rabu, dalam satu hari tiga tulisanmu terbit di media yang berbeda: esaimu tentang Pengarang Telah Mati si Barthes, esaimu tentang Kritik Stoikisme, & puisimu yang masih gelap itu. bahkan kemarin, iya kemarin kalau kau tak alzheimer, esai terjemahanmu tentang Sejarah menurut Nietzsche juga terbit. ayo bersenang-senanglah sejenak, jangan terus menerus membaca buku—lari pagi di hari sabtu esok sepertinya ide yang cukup bagus. 

jangan dulu mati, ya. sebentar lagi, tahan dulu. besok ... ketika matahari terbit dari timur sana—segala dukalara yang kau rasakan di kerongkonganmu itu, yang kau dapatkan dari barat itu—akan sepenuhnya musnah. ingat, hari minggu nanti kau mesti serius & profesional ... kau ada jadwal untuk mempresentasikan Analisis Sosial & Kerja-Kerja Jurnalistik. untuk saat ini, agar kau tak terlalu menderita—lupakan Bolaño yang secara tersirat mengatakan bahwa membaca selalu lebih berarti daripada menulis. membaca atau menulis puncaknya adalah penderitaan. literasi adalah omong kosong agar seseorang yang berkepala tabula rasa mampu merasakan beban pengetahuan. meskipun buku adalah jembatan ilmu, tetapi membaca adalah jalan menuju neraka ... yang sejuta kali lebih buruk dari Une saison en enfer-nya Rimbaud atau Inferno-nya Dante. menulis? lupakan Pram, menulis bukanlah bekerja untuk keabadian. menulis adalah bekerja untuk kesementaraan—atau mungkin untuk teks yang selalu lebih kekal dari kenarsistikan pengarangnya. kau tahu itu semua, kan?

apa? kau sakit kepala? banyak pikiran?sudah berapa gelas kopi kau teguk hari ini? kesadaran selalu membutuhkan kafein—seperti pikiranmu yang selalu membutuhkan jawaban, seperti tanda tanya yang selalu membutuhkan kepuasan konstan. hei, kau belum menjawab: apakah kau berbahagia? kau bukan Sisifus à la Camus yang kebahagiaannya harus seseorang bayangkan. seharusnya kau bisa berbahagia saat ini juga. tapi mungkin kau adalah Prometheus yang dikutuk karena mencuri secuil api-pengetahuan. kau dirantai, ada seekor elang yang akan memakan hatimu setiap hari—& tak ada Heracles yang akan selamatkanmu dari siksaan-siksaan pikiran. meski kau bukan orang Skandinavia, bukan bangsa Viking, & tak mengimani Mitologi Nordik—kepalamu setiap malam, sepanjang malam ... adalah Ragnarok paling kubra. meski kau selalu bilang aku tolol & naif, aku tahu & memahami itu.

untuk saat ini, jangan dulu mati ... jangan dulu membaca, jangan juga mengarang. itu akan memperburuk keadaanmu. & aku terlampau bosan untuk mengatakan ini ... pertanyaan & jawaban adalah masturbasi ego yang tak seorang tuhan pun tahu di manakah ujungnya. sekarang, lupakan Bacon—pengetahuan bukanlah kekuatan, tetapi penderitaan. seperti yang telah kau tekskan di Manifesto Kesuraman itu. tolong telan pil pahit ini: akan selalu ada seseorang yang lebih tahu daripada kau. selain itu, pengetahuan adalah pikiran & tak relevan dengan apa pun selain pikiran itu sendiri—pengetahuan selalu terobsesi dengan hal-hal non-realitas, seperti yang kau biasa debatkan secara sunyi di kepala. 

lagipula, di sisi lain, apa kau lupa dengan Jung? bahwa jika seseorang tahu lebih banyak daripada orang lainnya, dia menjadi kesepian. lantas untuk apa semua pengetahuan tak berguna itu? pengetahuan yang lebih banyak dampak buruknya, ketimbang dampak baiknya. apakah kau inginkan kesepian yang lebih kesepian dari kesepianmu saat ini? tak mau, bukan? atau kau tetap inginkan jawaban dari segudang pertanyaanmu itu? o buka matamu, ini realitas, tak peduli sebanyak apapun kau mengunyah-mencerna buku-buku besar & berat itu—selalu saja ada hal-hal kecil yang tampak ringan, tetapi otak-intelektualitasmu (yang selalu kau agung-agungkan itu) tak sedikit pun mampu memahaminya. 

hidup bukan perihal siapa yang paling banyak mengetahui sesuatu. buka Ecclesiastes 1:18, di sana kau akan temukan: karena dalam banyak kebijaksanaan terdapat banyak kekesalan, & barangsiapa menambah pengetahuan—menambah kesengsaraan. rasa-rasanya aku perlu berkata ini juga kepadamu: berbahagialah mereka yang tak pernah membaca ... sekarang kau akan tahu mengapa perintah pertama tuhan adalah membaca hahaha.

sekali lagi, jangan dulu mati ya. kalau kau ingin bercerita, aku selalu ada di sisimu; di sisi yang selalu coba kau sembunyikan dari kesadaranmu yang lebih nauseatik dari membaca Sartre ketika sedang naik bianglala.

“oh, you could be the one
you could be the one
who walks away
& leaves the war

above your head
there's a heavy cloud
a heavy cloud distract
& push yourself
to be apart

time like this you know
you know know
you know, you know, know
you know, you know, know
you know

think rational mind is battlefield
run to the throne, run to the throne
think rational mind is battlefield
run to the throne, run to the throne

you're not the only one
the only one who needs the thing
should be explained at once

well we are full
awallowing regrets
but someone already
sent you a vow
out of the mess
...”

Sincerely,

Bocah Kecil dalam Dirimu