“apakah kau siap kehilangan semuanya?”
suara itu meluncur mulus
dari pita suaramu menuju
gendang telingaku. seperti Goethe
narasikan tragedi senin pagi
di hari sabtu-minggu. membawa
kesadaranku ke
kemungkinan-kemungkinan
yang mengerikan ... & menyembilu.
keheningan yang canggung
berjalan gegas. meretas Unamuno
di kerongkonganku. kau menaruh
kepalamu di atas dada kiriku.
menghitung berapa bpm jantungku
& bertanya-tanya mengapa tiba-tiba
detaknya berubah dari larghetto
jadi prestissimo. gemertak gigimu
yang bergesekan ... ciptakan semacam
kunci e minor dalam bahasa cello.
begini, sayangku, esok ... cahaya
niscaya kembali terbit dari timur &
kita akan lekas memutar keras-keras
As the World Caves In - Maltese,
berjalan ke barat, melatih tari
sampai lihai menari serupa
lukisan Matisse—coba tenangkan
bilur-bilur biru di hitam matamu.
kehilangan yang puitik-artistik itu—
akan sembuhkan luka-luka, yang tak
pernah terindera sebelumnya. jika kita siap
untuk kehilangan semuanya—o jika kita siap
mungkin keberuntungan akan sejenak berpihak;
mudah bagi kita untuk tertawakan
segala nyeri-lebam di dalam jiwa.
(2023)