Friday, 31 January 2025

Surat untuk Ma Chérie II

Kepada RP yang... Arghhhhhhhhh

Bogor, 30 Januari 2025


besar kemungkinan ini akan terdengar sangat Kafka-Milena tapi peduli setan... aku tak peduli. kuharap besok dunia kiamat, sehingga aku tak lagi merasa punya waktu. lalu aku tanpa ragu, tanpa basa-basi, naik kereta, & tiba di depan pintu rumahmu di Cheribon, seraya bilang: “ikutlah denganku, sayang. hidup ini singkat; haruskah kita berharap lebih kepada waktu? sewaktu kita berbicara lewat sambungan telepon, waktu yang cemburu telah surut & pergi: carpe diem! rampaslah hari ini, & taruh rasa percaya yang sedikit pada esok hari. ikutlah denganku, sayang. & lupakan idemu tentang bagaimana kita akan kerja bakti mendorong lempeng bumi. mari tinggalkan sarang biawak ini. ikutlah denganku, sayang. kita akan memangkas jarak, menekuk waktu. sambil meludahi jarak, & mengutuk waktu. kita akan saling mencintai tanpa kalut, tanpa keraguan, tanpa rasa takut, & tanpa kecemasan. sehingga kau tak lagi mesti bertanya, seberapa rindu gigiku kepada kulitmu. & aku tak mesti menjawab pertanyaan redundan yang sudah jelas jawabannya seperti apakah aku mencintaimu atau tidak. sebab besok dunia kiamat. & aku barangkali akan terlalu sibuk memeluk-menciumimu sampai dipisahkan meteor & lengking sangkakala merusak gendang telingaku. maka ikutlah denganku, sayang. mari menari di atas hari kematian waktu.” masalah bermula ketika kita merasa punya waktu, atau harus memperhitungkan waktu. tetapi bagaimana jika kita tidak punya waktu? atau bagaimana jika waktu adalah entitas tengil-bajingan yang tidak berpihak kepada kita? jauh di lubuk hati, tuhan tahu seberapa muak aku mendengar suaramu melalui panggilan suara. & jauh di ujung langit, tuhan pun bosan mendengar ‘bangsat’ yang kuucap bertubi. kuharap besok dunia ini kiamat, sehingga kita bisa saling memeluk satu sama lain erat-erat. hangat. dekat. tanpa sekat.


Sincerely,

Gerry